1 bulan telah berlalu sejak Teror Thamrin.
Pertanyaan besar dalam benak saya.
"Bagaimana bila tujuan dari Terror Thamrin itu bukan pemusnahan masa namun hanya Shock Therapy. Walau katanya "gagal"?
Berlepas
dari banyak isu yg ditimbulkan mulai dari pengalihan isu dari berbagai
keaadaan politik di indonesia, mempengaruhi bursa efek indonesia karena
hashtag, dsb. dsb.
Namun bila diliat
secara komprehensif. Korban yg ditimbulkan dari Terror ini hanya 1
orang. Yaa 1. Warga negara asli indonesia yg tewas. Meski menurut info
dari berbagai media, korban tewas 7 orang. Namun itu terdiri dari 5
orang teroris yg tewas dan 1 orang WNA.
Bila
dilihat dari fakta berikut? Apakah benar aksi teror ini untuk
pemusnahan masa dengan bom? Atau bertujuan untuk shock therapy belaka?
Atau sebuah pemberi tanda? Entahlah. Saya hanya berspekulasi saja.
Terlepas
dari itu kita harus berterima kasih atas kesigapan pihak keamanan di
negri ini, Polri, Polda, Densus, TNI, berkat merekalah korban bisa
diminimalisir. Bahkan sangat terminimalisir. Bayangkan eskalasi nya. 5
bom bunuh diri---hanya 2 korban saja dari sipil! Luar biasa sekali! Saya
angkat topi!
Bila dibandingkan
dengan korban teror paris yg menewaskan 170 orang ditambah beberapa
korban luka luka, dan 5 teroris yg meledakkan diri. Jelas Tujuan utama
bom paris adalah pemusnahan masa.
Namun yg mengusik saya. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada para korban dan keluarga korban. Adalah.
Bila eskalasinya seperti pada terror Paris.
Masihkah kita berani memakai Hashtag
Toh paris dengan eskalasi seperti itu cukup dengan hashtag.
Apakah seperti itu cara berempati dengan kejadian yang menggemparkan dan membuat kita bertanya tanya. Mengapa harus Jakarta?
Dan dari sana, entah dari mana ada yang menyaut.
.
.
.
.
Mengapa Tidak?
Ttd
MDG yang bimbang meragu
No comments:
Post a Comment