Thursday, June 19, 2014

Ralat

segala sesuatu itu emang kayaknya perlu ada pengevaluasian. dan sekarang gue rasa ini waktu yang tepat buat mengevaluasi(ralat) semua sikap dan pola pikir gue yang biasa gue sebut itu dengan keidealisan.

sebuah kompleksitas pabila gue sebutkan sebuah kata bernama mimpi.

bagi gue kata MIMPI ini gak lebih dari sebuah kekomplesitasan sebuah idealisme yang kini gue mulai merasa lelah dan bahkan muak atau mungkin ingin menyerah saja.

memang....

sebuah kompleks itu haruslah di urai menjadi sederhana agar kita dapat menyelesaikan krisis-krisis di dalam nya. namun bagaimana jika kompleksitas ini sudah menjadi tabiat yang menjurus kedalam sebuah disonansi kognitif. kemelencengan atau keyakinan yang tidak tepat akan segala sesuatu baik yang terjadi atau yang gue rasa.

inilah kemuakan yang tak ingin gue lanjutkan. bagaikan makan-makanan yang penuh lemak, gurih dan berminyak namun benar-benar membuat mual.



kata menyerah atau putus asa mungkin tidak elok jika harus mendefinisikan ini semua.
gue rasa gue bukanlah si lembek yang mudah menyerah.
atau si patah arang yang menikmati keputus asaan.
jika gue seperti ini, hal ini hanya akan membuat diri gue merasa terasing setelah dipertemukan dengan sebuah keidealan yang selama ini gue pegang.

gue hanya perlu meralat ini semua.

yaa....

RALAT........


gue rasa banyak orang tanpa memiliki keidealan mampu melangkah jauh lebih baik. mereka mengalir saja bak aliran sungai terus menerobos bebatuan dan bongkahan kayu dan sampai pada tujuan.

mereka mengalir tanpa meletakkan bebatuan pada arus mereka. mereka tak meletakkan bongkahan kayu pula di arus mereka. karena untuk apa meletakkan beban itu semua. toh kedapan kita pasti akan menghadapi itu semua. dan pada akhirnya bukankah arus dapat membuat batuan dan kayu melapuk? Terobos saja bukan? hadapi saja bukan? tanpa membuat batasan-batasan yang kau pikir dapat membuat arus mu berjalan lebih cepat namun yang ada hal itu malah menghambat mu... lalui saja... arus akan tetaplah berarus dan mengalir. dan kadang tuhan membantu dengan deras nya hujan hingga kau mampu membuat riak.

jadilah arus bukan tanpa harus mengikuti arus atau menghambat arus. mengalirlah... deraslah... berdoalah hujan dan kau bisa buat riak atau ombak!!

mungkin tak elok jika gue menyebutkan nama-nama orang-orang yang telah berhasil mempengaruhi gue dalam mengurangi krisis ini. tapi izinkan gue berterima kasih pada 2 orang ini.


1. Gilang.... dialah yang mengajari ilmu arus ini, dan gue mengaplikasikan ini lebih dari yang dia kira. walau gue ingat sekali dia menyarankan hal ini agar gue tidak membuat batasan-batasan pada hati gue untuk orang lain. namun yaa begitulah ilmu.... kau bebas menafsirkan dan mengapilkasikan nya sesuai keyakinan mu.

2. Aida...... dialah yang mengajari gue arti dari sebuah realita, yang dulu slalu dia paksa gue untuk mempercayai hal ini. namun keidealan gue dulu ternyata belum bisa sesuai dengan pola pikir nya. dan hal inilah yang sering menimbulkan kontradiksi diantara kami. gue kini telah salut  salut dengan sifat keras dan egois nya. orang seperti gue memang tak cocok untuk di tonjok atau di pukul secara fisik untuk diajarkan sesuatu. sindir gue, tegur gue, keraskan gue, acuhkan niscaya itu akan melapukan kekerasan keidealan gue yang kolot, dan gue rasa dia berhasil melakukan hal ini.

RALAT!!

yaa gue rasa hidup belum berakhir.
gue rasa gue bakal menempatkan kata ralat ini dalam tiap lembar hari-hari gue.

No comments:

Post a Comment