Sunday, August 28, 2016

Matahari Serupa Bulan








Beberapa bulan yang lalu, media sosial dihebohkan dengan sebuah isu yang menggemparkan dunia sains modern. Flat Earth atau Bumi Datar. Bahkan kehebohan isu flat earth ini sampai diliput di beberapa acara televisi nasional.

Ada beberapa poin menarik menurut saya dari teori flat earth ini. Bagi yang sudah menonton videonya mungkin sudah tau, kita akan disajikan 10 poin utama teori/gagasan yg menjadi dasar terkait teori flat earth ini.


Namun ada hal lain yg menarik perhatian saya. hal ini menarik perhatian saya. Menggelitik memori saya. Di video tersebut, secara gamblang pemateri menyebut bahwa bumi menjadi pusat rotasi dan revolusi dari matahari dan bulan! Dan yang lebih menarik lagi dijabarkan, bahwa ukuran matahari tak jauh beda dengan ukuran bulan!

Mungkin kita sama sama tahu, di buku buku sains yang pernah kita baca, perbandingan ukuran matahari dengan bumi saja 1:1000000 kawan!. Tapi menurut teori flat earth ini ukuran Matahari hanya serupa bulan saja! Hal ini lah yg memungkinkan terjadinya siang dan malam karena matahari dan bulan sama sama berotasi dan berevolusi pada bumi! Dan mereka juga mengatakan bahwa sebenarnya bulan juga memilki cahaya, namun bersifat dingin beda dengan matahari yang cahayanya bersifat panas.


Sungguh gila bukan!


























Tapi sejujurnya. Saya lah yg lebih gila. Mengapa? Mari sama sama kita lihat status facebook saya pada tahun 2011. Tepat 5 tahun yg lalu.

Yaa bisa dilihat distatus itu saya menulis. Bahwa saya meragukan volume dari sebuah matahari yg menurut perhitungan matematis 1 jt kali lebih besar dari bumi. Dimana bila dianalogikan dengan sederhana, bumi adalah 1 butir kacang hijau dan matahari adalah sebuah wajan penggorengannya.

Saya sangat meragukannya kala itu. Mengapa? Menurut logika saya bila matahari 1 jt kali lbh besar dari bumi pastilah seluruh permukaan bumi akan tercover dengan bayangan matahari, tentu tidak akan lah tampak matahari yg sebesar bulan purnama seperti yang kita lihat tiap pagi hingga sore.

Yaa saya dulu menyebut teori saya ini dengan teori Lunasentris. Luna merujuk pada kata bulan. Karena dulu saya melihat ukuran matahari serupa dengan ukuran bulan purnama.

Sebutlah kala itu saya risau dengan pikiran ini. Apakah saya sudah overthinking? Akhirnya kala itu saya berdiskusi dengan Ibu Guru saya, guru Geografi. Saya sempatkan datang ke ruang guru dan saya mendiskusikan hal ini. Bu Ade nama guru Geografi kelas 3 saya kala itu.

Ia mendengarkan dengan seksama. Lalu bisa ditebak. Beliau membatahnya. Walau dengan santun dan senyuman. Tapi kala itu saya melihat kegoyahan di matanya. Tersirat kegoyahan disana, penjelasannya bergetar. Ia bilang jarak lah yang membuat matahari serupa bulan. Tapi saya tetap bersikukuh dengan pendapat saya.

Ada ketidakpuasan di hati saya kala itu. Saya kembali ke kelas dengan perasaan kalah.

Hingga...

Malam hari, sekitar beberapa hari setelah saya menyampaikan gagasan saya ini ke bu Ade.

Telepon saya berdering. Nomor yg tak dikenal.

Saya angkat dan mencoba santun.

Ternyata yang menelepon saya ini mengenalkan diri sebagai suami dari Ibu Ade. Beliau juga menjelaskan bahwa mempunyai acara edukasi di TVRI. Acara khusus dimana beliau tampil menjadi pemateri yang memecahkan soal-soal UN anak SMP dan SMA.

Beliau menelepon guna ingin mendengarkan apa yang saya bincangkan dengan bu Ade beberapa hari yang lalu. Lalu saya jabarkanlah lagi teori itu.

Beliau mendengarkan dengan seksama.

Hingga ia berkata.

"Saya sangat terkesan fari! Sungguh saya sangat terkesan! Baru saya mendengar ada murid seberani kamu, sekritis ini!..."

Ada senyum tersungging di wajah saya kala itu.

"Tapi..."

Ternyata sama saja, beliau juga membantah apa yang saya katakan,
Walau beliau sempat menjumpai saya guna melihat saya secara langsung. Lantas kami pun berjabat tangan. Tapi. Percuma. Saya sudah merasa kalah.


Lunasentris ini nampaknya hanya menjadi sebuah delusi terbesar saya. Saya harus akui itu. Akhirnya saya pendam saja asumsi ini, teori ini membusuk dengan delusi delusi saya lainnya.

Hingga...

Yaa hingga tiba 2016.

Ada sebuah asosiasi (Flat Earth 101) yg lebih berani lagi berasumsi. Bahwa bumi ini Flat. Teori yang juga sempat disampaikan copernicus beberapa abad yang lalu. Geosentris.

Dan...


Ternyata saya tak sendiri.

Yaa saya tak sendiri.

Karena ada juga yang menyebut dan menjabarkan fakta fakta bahwa matahari tak jauh beda ukurannya dengan bulan. Seperti yang sudah saya jelaskan diatas.


Lantas. Apakah saya juga sepakat bahwa bentuk bumi adalah flat? Walau. Menurut saya sudah banyak bukti bukti yang gamblang dan logis. Tapi saya mencoba menahan diri.

Setidaknya saya senang saya tak sendiri.

Setidaknya saya tak lagi bertanya-tanya.

Bila china punya yin dan yang.

Jung punya anima dan animus.

Semua ini adalah konsep keseimbangan. Homoestatis.

Bila. Ini semua terbukti. Maka islam juga punya keseimbangannya. Dan kita slalu temukan dalam kitab suci yang kita baca.

Al Qomariah wal Al Syamsiyah.

Homoestatis itu bernama.

Bulan dan Matahari.


Hanya teraput.
Tasdid dan Sukun

.

.

.

MDG