Sunday, April 15, 2018

Berbalas Puisi yang Mengingatkan pada Zaman Rasulullah

©PemudaAbad21

Mereka sibuk membuat puisi-puisi tandingan versi mereka. Mereka saling balas membalas.

Mengapa tak kalian berbalas pantun saja biar lucu. Masak air biar mateng! Tjakep!

Hilang lahkesakralan puisi kalo landasannya untung saling balas hujatan dan kekesalan.


Apa bedanya coba yg berpuisi dengan konten SARA. dengan puisi yg berkonten Menjatuhkan, merendahkan dan menghinakan. Jadinya malah SAMA AJA! Konteksnya jadi saling ujar kebencian. Yang mengatasnamakan bait bait puisi.

Cih. Kata kata itu kini diperkosa. Kata kata itu digunakan seenaknya. Kata kata itu dijadikan balasan untuk sakit hatinya.

Jadi inget zaman nabi Muhammad.

Para penyair berlomba lomba membuat syair terbaik. Syair yg paling syahdu kelak akan dipandang oleh pemimpin Quraisy. Mereka dibayar apabila syairnya mengiris hati. Menyayat qolbu. Menggugah sukma.

Hingga datanglah Mukzizat nabi Muhammad. Al Qur'an nur Karim. Yg bahasanya lebih indah dari syair. Yang maknanya sangat dalam hingga jadi pedoman. Yang diksinya sungguh indah mempesona jiwa. Maka kalah lah dengan telak para penyair dengan kalam ilahi.

Nah kalo zaman sekarang. Syair dibalas syair lagi. padahal udah adal Al-qur'an. Yaa itu mah sama aja kembali ke zaman Jahilliyah dong.

Cik atuh mikir.

No comments:

Post a Comment