Tuesday, September 12, 2017

Generasi Milenial. Generasi Pencemas.


©PemudaAbad21

Belum lekang diingatan kita, tepat tahun 2000, kala itu RCTI merilis salah satu sinetron yang kan terkenang oleh generasi kita, Panji sang penakluk... Ehh salah yaah Panji sang Juru Bicara... Bukan yaah.  Yg bener itu Panji Manusia Milenium. Tanpa sadar pertelevisian kita banyak sekali menampilkan nama Panji yaah sebagai  daya tarik. Nama kamu Panji? Mungkin kamu yang akan jadi penerus generasi Panji Panji lainnya di industri hiburan. Panji Panji Hitam dari Khurasan kayaknya bagus tuh. Wadawww kiamat dong.

Oke fokus lagi. Kenapa diberi nama milenium karena kita sudah ada pada tahun 2000. Cuman baru baru ini aja nih, ada tren sebutan generasi milenial. Siapakah generasi Milenial itu?  Ialah generasi yang lahir dari perkawinan panci dan teplon yaa. Wadawww bukan yaa... Simpelnya generasi milenial itu adalah generasi yg hidup di tahun 2000an. Anak anak generasi awal milenial itu berarti tahun ini tepat merayakan ulang tahunnya yg ke-17 nih. Sweet Seventeen gitu.

Nahh buat kita anak anak yg lahir taun 90an. Berarti hidup di dua masa. Kita adalah anak anak 90an yg kini mencoba membiasakan diri bergaul dengan generasi Kiddo zaman now. Begitu lah tata bahasa Kiddos milenial yg lagi booming.

Tapi yg menarik dari generasi ini adalah. Semua jadi serba instan. Semua jadi serba dekat. Semua jadi serba mudah. Semua jadi serba terbuka. Semua jadi serba tau. Semua jadi serba mungkin.

Bayangkan dulu itu perusahan cetak foto sama perusahan hape itu beda ruko. Sebutlah fuji film dan Nokia. Tapi sekarang di hape udah ada kamera. Jadi gak perlu lagi deh tuh ada Fuji Film.


Bayangkan lagi dulu itu bayar tol manual harus pake uang cash. Sekarang apa apa pake kartu. Tinggal tap tap tap. Gue lagi nunggu momen aja nih bayar ke kasir indomaret atau alfamaret pake kartu remi atau gak pake kartu Yu Gi Oh sekalian.

Bayangkan. Tak salah saya sebut generasi milenial ini generasi pencemas. Lihat dari generasi ini hilang sudah 2 profesi. Profesi cuci foto manual sama profesi penjaga tol lenyap sudah... Orang orang akan mulai cemas terkait hidup mereka ke depan. Kan gak mungkin gitu semua karyawan di PHK terus akhirnya pada jadi supir Ojek Online. Nanti Jakarta punya julukan baru loh ini, bersaing dengan Bogor kota sejuta angkot, Jakarta Kota Sejuta Ojek Online. Kan gak lucu.

Tapi itu belum seberapa. Coba deh sekarang kita coba berpikir kayak orang tua kita dulu. Atau coba mikir zaman disaat kita belum kenal medsos.

Kita cuman tau kabar temen kita, dari kabar temen kita lainnya. Dari mulut ke kuping.
"Ehh sekarang si Silvi dah nikah loh sama Ferro...

Lo diundang kan...

Diundang kok..

Undangannya lucu yaa Ijo Ijo sempak gitu"

Kabar sekarang? No!

Tanpa lo harus denger cerita dari temen lo. Temen lo secara gak langsung akan menceritakan kisahnya ke elo.

Via.
Path.
Snapchat
Instastory
Facebook juga masih bisa kok.
Twitter masih asik kok.

Memang, hal ini nampaknya memudahkan segalanya. Informasi didapatkan dari orang pertama. Tapi ini tak baik dari sisi PSIKOLOGIS. hal ini secara tak sadar akan membuat kecemasan terselubung.

"Ihhh gila yaah dia udah nikah aja, gue masih pacaran 8 tahun gak di lamar-lamar"
"Ihhh wadaaaw yaaah dia dah punya anak aja, gue mah apa atuh cuma bisa ngelike videonya Tatan sama Rafathar aja nih di IG"

"Ihhh mejig amajing war biaza yaah dia dah kerja di Pemerintahan Nigeria Selatan yaah. Gue aja Skripsi Bab satu ampe revisi 29 kali, 1 kali lagi jadi kitab suci nih"

Lihat... Ini hanya sebagian kecil kecemasan kecemasan yang timbul karena maju nya bidang telekomunikasi dan bukan tidak mungkin hal ini bisa lekas berubah menjadi anxiety. Gangguan kecemasan. Belum lagi fenomena psikologi baru yg hadir pada generasi milenial ini. Social Climber. Inget terlihat modis, kayak,eksis gaul tapi boleh nilep dari uang Jamaah umroh misal. Walau gangguan ini sepertinya harus diuji lagi secara klinis.

Apakah hal ini bisa diatasi? Cemas akan masa depan sah-sah saja. Tapi bagaimana bila berlebihan? Wong tiap hari kita slalu pantengin instastory atau path teman teman kita, mau tak mau, sadar tak sadar, hinggap sudah rasa cemas itu. Tak bisa dihindari. Hal ini sudah jadi IDENTITAS dari generasi milenial ini.

Tinggal di cari jalan Represifnya.

Yaa misal

1. gerakan 5 jam tanpa hape dalam sehari.
2. Atau gerakan Puasa daud buat medsos.
3. Atau gerakan anti instastory instastory club.

Yaa apapun itu. Untuk menekan kadar kecemasan kita. Kita sebenernya sudah tau sumber kecemasan itu. Tugas kita memang hanya perlu mencari penanganannya saja. 3 contoh hal diatas tadi misal.

Semoga saja kecemasan itu tak berlanjut menjadi anxiety karena akan sangat repot lagi nanti penanganannya. Ini baru dari segi kecemasan. Belum lagi ditelisik dari segi cyber bullying dan suicide. Banyak sekali tantangan yang harus dihadapi penggiat kesehatan mental, psikoanalis hingga konselor pada generasi ini.


Berdoa saja, karena hal ini profesi penggiat kesehatan mental, psikonalais, psikolog hingga konselor akan semakin diminati  dan disoroti hingga masayrakat kelak akan semakin sadar akan adanya kesehatan mental. Dan profesi ini akhirnya bisa lebih dihargai. Semua akan slalu ada hikmahnya bukan? Amin.

No comments:

Post a Comment