Tuesday, March 6, 2018

Salahkah ku Tolak Lamaran Mu?


#PemudaAbad21

Tahun ini betul betul tahun yang berkah bagi teman teman ku. Betapa tidak? Akhirnya banyak dari mereka yg mampu menyempurnakan agama mereka. Betapa bahagianya.

Tak ada sebaik baiknya obat bagi yang jatuh cinta selain menikah - al hadist

Tapi jauh... Jauh sebelum aku melewati fase melihat teman-teman ku menikah. Aku sempat melewati fase fase dimana beberapa teman ku bercerita bahwa mereka dilamar oleh seorang yg mencintainya tapi tidak denganny. Hingga mau tak mau mereka harus menolaknya. Lalu muncul kegelisahan di hati mereka.

"Bukankah kata orang tua kita bila terlalu banyak menolak lamaran pria kelak nanti malah lebih dipersulit lagi dalam membangun mahligai"



Benerkah? Apakah ketakutan ini berdasar? Apakah kita harus menerima saja keegoisan pria dengan hanya menyertakan cintanya tanpa memperdulikan perasaan kita.

Terkisahlah Fatimah Az-Zahra putri Cantik nan Cerdas dari manusia agung yg pernah hidup di Muka Bumi, Nabi Muhammad SAW.

Fatimah dikenal dengan wanita yang cantik, cerdas dan berakhlak mulia, maka tak heran pada masanya banyak pria pria bahkan SAHABAT nabi tergila gila padanya!

Tersebutlah sahabat nabi yg mahsyur mencoba melamar Fatimah, Umar bin Khottob, Usman bin Affan dan Abu Bakar lalu disusul dengan Abdurrahman bin Auf dengan membawa seserahan 100 unta bermata biru dari Mesir. Yang jika dirupiahkan unta itu bisa sejumlah RP. 55 Milyar pada masa itu! Namun semua itu ditolak begitu saja oleh Fatimah.

Tanpa sepengetahuan Fatimah. Sebenarnya Ali bin Abi Tholib sudah menyukai Fatimah semenjak lama. Ia mengagumi ahlak dari Fatimah yg sungguh mulia. Tapi ia tak berani mengutarakan. Karena merasa rendah diri dengan apa yg dia punya.

Suatu ketika, Nabi Muhammad dihampiri oleh Ali. nampak kekalutan dari wajahnya. Rasullullah pun bertanya pada Ali apa yg dia inginkan. Ali mengungkapkan dengan suara yg bergetar bahwa ia meminang putri sang nabi.

Rasulullah pun mendatangi Fatimah dan menanyakan kesediaannya. Fatimah hanya terdiam membisu. Dan nabi mengerti, diam nya Fatimah berarti tanda dari setuju.

Lantas Rasulullah bertanya pada Ali apa yg bisa ia jadikan mahar untuk menikahkan putrinya.

Kala itu Ali hanya mampu memberikan baju perang besinya yang hanya seharga 500 dirham saja. Namun hal itu tak menjadi masalah baik bagi Rasulullah dan Fatimah. Lalu Rasullullah membagi uang itu jadi 3 bagian. satu bagian untuk kebutuhan rumah tangga, satu bagian untuk wewangian dan satu bagian untuk jamuan para tamu.

Ali pun akhirnya menikahi Fatimah, wanita yg selama ini ia idam-idamkan. Tapi ternyata Ali juga baru tau jika ternyata Fatimah juga telah mengaguminya dari dulu. Karena kala itu Fatimah pernah bicara padanya

"Maafkan aku karena sebelum menikah dengan mu, aku pernah merasakan jatuh cinta pertama kali kepada seorang pemuda dan aku ingin menikahinya"

Ali dengan agak cemburu lantas bertanya pada istrinya itu.

"Mengapa kau tak menikahi Pemuda itu?"

Fatimah dengan malu malu dan muka memerah menjawab.

"Sebab...Pemuda itu kini telah menjadi suami ku"

Dari kisah ini kita bisa ambil sebuah hikmah. Tak ada salahnya memperjuangkan apa yg kita impikan, apa yang kita percayai apa yg kita cintai.

Karena pada akhirnya dan pada hakikatnya senjata terakhir dari seorang wanita adalah memilih.

Ketika senjata awal dari seorang lelaki mencari dan menentukan. Tapi semua pilihan akan selalu bergantung dari seorang perempuan.

Maka dari itu, pandai pandai lah dalam memilih. Karena itu senjata terakhir mu. Yang kan tentukan siapa nahkoda yang kan membawa mu mengarungi samudra hidup ini.

Terima kasih.

No comments:

Post a Comment