Wednesday, March 30, 2016

Reinkarnasi Jiwa. Part 1

Banyak buku yang kita baca, tentu akan membuat kita memiliki sangat banyak sudut pandang. Sudut pandang secara subjektif tentunya. Karena setebal apapun buku itu tersedia sejatinya ia hanya bermuara pada SATU nama pengarang.

Dan jujur...

Saya sudah mulai membaca semenjak TK. Tiko. Itu buku langganan pertama saya. Semenjak saya bisa membaca saya jadi hobi membaca. Tapi herannya saya tidak pernah sekalipun berkacamata.

Tapi tenang. Kali ini saya tidak akan membagi tentang pengalaman membaca saya. Karena terlalu buang buang waktu. Kali ini tema yang saya angkat agak kontroversial.

Reinkarnasi...

.

.

.

.

.

.

.

Tapi berhubung di Islam tidak mengenal konsep itu. Saya tidak akan membahas itu. Pada Hakikatnya di agama islam lebih dikenal dengan konsep.

Pensucian Jiwa...

Singkatnya saya jelaskan...

Jiwa manusia perlu disucikan berkali kali di dunia.

Agar apa?

Agar ia tidak perlu disiksa di alam kubur.

Yaa di alam kubur pada hakikatnya adalah konsep pensucian jiwa yang dilakukan karena pensucian jiwa di dunia tidak tuntas.

Mudahnya saya gambarkan seperti ini.

A -- B -- C -- D -- E -- F -- G

Jiwa terendah, jiwa primodial di gambarkan dengan huruf G.

Sedang F,E,D,C,B adalah sebuah proses untuk mencapai jiwa tertinggi

atau

Jalaludin Rumi menyebutnya jiwa yang manunggal,  jiwa A.

Mungkin agak rumit bila dijelaskan secara taktis seperti itu. Maka dari itu izinkan saya untuk menceritakan sedikit saja pengalaman metafisis saya.

Kita mundur jauh ke tahun 2008. Kala saya kelas 3 SMP. Boleh diakui ini adalah tahun tahun tersulit dalam hidup saya. Ada yang bilang ini adalah masa pencarian jati diri saya. Jadi beberapa orang menganggapnya hal yg lumrah. Tapi tidak dengan saya, saya merasa lebih dari itu. Saat itu saya benar benar nyaris dibilang seperti ORANG GILA. Tidak tidur berhari hari, menjadi anti sosial, kacau lahh abdi...

ayah saya sampai mengeluh pada seorang ulama di kalibata. Kala menemani "mengobati" saya.

"Padahal dia yang paling rajin sholat bib"

Mungkin ayah saya pikir saya tidak sadar akan apa yang diucapkannya. Tidak sama sekali. Saya sepenuhnya sadar hari-hari berat itu.

Saya sampai hampir 1 minggu lebih tidak masuk kelas. Padahal saat itu saya kelas 3 SMP!!!

Beruntung saya punya orang orang baik dalam hidup saya. Mama dan guru guru saya.

Karena saat itu mamah tau, saya gemar sekali membaca. Kala SMP, saya lebih hobi dan suka sekali membaca komik, namun saat "Kejadian" itu beliau mengarahkan saya untuk mengganti kebiasaan membaca komik dengan membaca buku buku Islami. Tuntutnan sholat khusyu, buku buku nasihat bijak.

Lain mamah lain guru guru saya, ada satu guru yg slalu mengingatkan kami para kelas 9 untuk mendekatkan diri pada tuhan.

Mulai lah saya membiasakan diri memperbaiki sholat 5 waktu saya, lalu saya mulai membiasakan berdzikir, bershalawat. Intinya bertaqarub illaulah. Mendekatkan diri pada Allah.

Dan saya ingat sekali. Kala teman teman saya sibuk bercanda dan makan kala istirahat. Saya malah sibuk bersimbah air mata kala duha. Saya menangis sejadi-jadinya. Panik. Bingung.

UN 3 bulan lagi tjoy!!! Persiapan gue masih gini gini bae.

Beberapakali juga saya dipergoki dan disenyumi oleh guru saya yg turut sholat duha. Dengan malu saya menyaka air mata dan kembali ke kelas.

Yaa kelas 3 SMP itu benar benar menjadi FASE TERBERAT dalam hidup saya.

Percaya atau tidak saya pernah diasingkan kebeberapa tempat yg cukup jauh dari rumah, dirawat di RS hingga dipanggil BANYAK sekali orang pintar ke rumah saya. Bisa dibilang tahun 2008 itu kampung saya GEGER karena 1 orang. FARI. Beberapa psikiater juga sempat mendiagnosa saya BIPOLAR, Gangguan Mood dsb, saya diterapi obat selama 2 tahun. Tapi akibatnya saya sering ngantuk di kelas (Saat SMA)

Anehnya...saya tetap dapat berprestasi.

Ada 1 hal yg slalu saya ingat ketika banyak orang pintar datang ke rumah saya. Mulai dibilang saya disantetlah diguna-gunalah tapi dianatara itu guru ngaji saya kali itu juga turut hadir datang.

Ia membawa botol "minyak nyong nyong" mengusap usapnya

Kemudian berkata...

"Tidak ada apa apa... Tidak ada yang ganggu kok"

Lahh saya jadi bingung sendiri. Lantas apa yang terjadi pada saya kala itu?

Lalu guru saya mengadu pada tante saya yang kala itu menemani saya disamping.

"Fari Ini Suci, Dia jenius... Pelajaran tajwid dan pengaturan nafas selesai hanya dalam waktu 2 minggu, murid murid saya yg umurnya puluhan tahun saja belum bisa seperti dia..."

Yaa saya juga aneh...

Dulu saya di Madrasah NAKAL.

Bayangkan dari rentang nilai A-D saya memperoleh nilai K untuk kelakuan.

Asal asalan emang ustadz saya kala itu.

Sekolah dimana tau itu. Masa K TJOY! K!!!

Namun ketika saya bertemu orang yg tepat, guru yang pas.(Guru saya ini guru ngaji privat, sebutlah begitu, karena dia datang langsung ke rumah). Saya didikinya dengan KERAS namun saya sabar.

Ini demi kebaikan saya, pikir saya...
Demi mengaharumkan nama Babe saya. Sang Imam masjid Pasar Jangkrik!!! Cyiaattttt...

Tak tanggung tanggung berkat jasanya, saya menjadi peringkat pertama dalam 5 semester berturut turut setelahnya. Kala itu semua mulai terasa aneh. Yaa ini kejadian kelas 6 SD. Guru saya itu sudah membimbing saya bertahun tahun. Dan sangat tau perkembangan saya.

Ada apakah kala kelas 3 SMP itu. Belum ada jawaban pasti.

Pencarian Jati Diri? Guna guna? SANTET?

Sepertinya bukan hal itu. Tidak serendah dan sedangkal itu.

hanya saya yang tau pasti. (Kini)

Sebelumnya,
Izinkan saya sampaikan terlebih dahulu.

Opini pribadi saya. Sebuah asumsi.

Saya berpikir. Manusia itu Seperti planet planet yg ada di galaksi. Mereka memiliki masa rotasi dan revolusinya masing masing. Punya waktu edarnya. Punya MASAnya.

Seharusnya mereka punya kesadaran penuh kapan dia akan merintis, kapan dia akan berjaya dan gemilang dalam hidupnya.

Yaa pengetahuan metafisis.

Yang terjadi kala 3 SMP itu adalah awal sekuens saya, awal saya akan berotasi.

Awal.

Dari titik G.

Awal dari PENSUCIAN JIWA saya.

Reinkarnasi Jiwa

Tenang ayah. Ayah gak perlu heran. Dan sampai berkata.

"Padahal dia yang paling rajin sholat bib"

Andai ayah tau. Semenjak detik itu. Semenjak kekacauan itu. Semenjak kegaduhan kala itu.

Ternyata itu sebuah BIG BANG terbentuknya sebuah planet baru. Sebuah perjalanan spiritual anak pertama mu.

Tapi itu masih di awal. Yaa awal sekali. masih di titik G.

Tapi setidaknya aku TAHU di TAHU ku.

Bahwa aku punya sekuens.
Punya polanya sendiri.

Yaa permulaan dari segala sesuatu memang selalu terasa berat.

SANGAT!!!

Bersambung...

No comments:

Post a Comment